SATL

Doremigirl

S A T L

 

Starring
Bang Minah – Lee Hongbin – Kim Yura

Genre Fluff Hurt duration Vignette rating G
Inspired by One of FF I’ve read. Totally good author!
But here is mine. Thank you

© Hoyagan

“Sister, Autism, Triangle, Love”

 

“Selamat malam” Hongbin menyapa Yura yang berdiri di belakang pintu. Hari ini ia mengunjungi rumah gadisnya, sembari berniat mengerjakan tugas sekolah seperti biasa.

 

Hongbin berhenti bergerak ketika ingin memeluk Yura yang berpakaian rapi seperti hendak ingin keluar rumah. “Kau mau kemana?”

 

“Menjemput adikku di Bandara” Hongbin ingat bahwa Yura pernah menceritakan adiknya yang tinggal di Jepang. Walaupun hanya sedikit “Adikmu yang tinggal di Jepang? Kalau begitu biar aku yang mengantarmu”

 

.
.
.
Baru saja menghabiskan eskrim yang dibelikan Hongbin ketika sampai bandara, Yura melihat sosok adiknya sedang berjalan sambil menggambar. Serta dibelakangnya selalu setia Shin ahjumma menjaga. Tidak perduli pada orang-orang yang memperhatikan dan sebagian mencibir gadis itu, bahkan Shin ahjumma diam saja. Yura menggelengkan kepalanya dan segera menyapa adiknya. Memeluk untuk meluapkan kerinduan yang bertahun-tahun. Namun Minah –adiknya– masih tetap terfokus pada sebuah Note di hadapannya.

 

“Apa yang sedang kau gambar?”

 

“Kota dan mobil”

 

Kota dan mobil, itu yang Minah sebutkan. Tapi ketika Hongbin melihat ke arah benda ditangan gadis itu, ia hanya mampu mengkerutkan keningnya. Tidak mengerti bagaimana dua buah lingkaran bisa ia sebutkan sebagai Kota dan Mobil. Hongbin menatap Yura yang juga menatapnya sambil terkekeh kecil, mengerti jika Hongbin bingung akan adiknya. Ibu dan ayah Yura kemudian datang menghampiri mereka. Tanpa membuang waktu, mereka segera kembali ke rumah. Minah menaiki mobil bersama Orang tuanya dan Shin ahjumma, sedangkan Yura pulang menaiki mobil Hongbin.

“Aku tidak mengerti” Sepanjang perjalanan, Hongbin masih memikirkan tentang ucapan Minah, sampai ia tak bisa lagi menyembunyikannya dari Yura. “Bagaimana dua buah lingkaran bisa disebutkan sebagai Kota dan Mobil?”

 

Kekehan kecil terdengar semu di pendengaran Hongbin. Ia memandang bingung Yura yang menutupi tawanya. “Apa dia akan menyebutkan pesawat ketika menggambar mata dan hidung?” Akhirnya Hongbin berasil membuat tawa Yura meledak.

 

Tawanya berhenti ketika tak lama kemudian. “Tolong maklumi adikku” Hongbin semakin mengerutkan keningnya tidak mengerti. Apa ada yang salah dengan ucapannya tadi? Padahal Hongbin yakin ia hanya menghibur gadis disampingnya.

 

“Minah terkadang memiliki kekurangan pada jalan pikirannya, sehingga ayah membawanya ke Jepang untuk sekolah khusus anak-anak yang…. Kau tau sendiri jawabannya”

 

Hongbin tertegun mendengar tuturan kata Yura. Ia tak bermaksud menyinggung siapapun, terutama Minah. Lagipula Hongbin belum tahu jika Minah memiliki kekurangan seperti itu. Raut wajahnya yang sedikit pucat mudah terbaca oleh Yura ketika memandangnya.

 

“Tidak apa, aku mengerti. Aku harap kau juga bisa mengerti keadaannya. Dia tidak gila”

 

 

Kegiatan diluar hari libur Hongbin sering dilakukan dengan pergi ke rumah kekasihnya. Sekedar bermain, barang sesekali mengerjakan tugas dan belajar bersama. Namun sejak kehadiran Minah dirumah, Mereka tak lagi mengerjakan tugas berdua. Minah ada didalamnya, walaupun ia tak mengganggu dan tetap sibuk dengan Note yang ia pegang. Hongbin memperhatikan Yura dan Minah yang saling berbagi cerita sesuai apa yang diimajinasikan Minah, Yura hanya mengikutinya.

 

“Apa yang kau gambar?”

 

“Manusia kaca”

 

“Benarkah? Kalau begitu ia harus punya perlindungan”

 

“Ah! Eonni benar!”

 

Minah mulai memberi jendela pada gambarnya. Hongbin mengernyit sambil memandang Yura setelah melihat itu. Yura hanya memasang wajah yang seolah berkata ‘Mengertilah’. Hongbin pun mengangguk kecil dan mulai bergabung dengan dua kakak adik itu.

 

Perlahan, ia mulai terbiasa dengan Minah yang –sejujurnya– sulit berkomunikasi dengannya, bahkan Yura sendiri. Namun itu semua tak menghalangi tawa kecil mereka layaknya tak ada beban dan masalah. Semua berjalan baik, Semua normal.

 

.
.
.

 

Hongbin mengajak Yura untuk pulang bersama. Di dalam bus, Hongbin kembali mencurahkan rasa penasarannya terhadap Minah yang akhir-akhir ini sering ia pikirkan tanpa alasan.

 

“Yura”

 

Hm?”

 

“Jika Minah menempuh sekolah di Jepang, kenapa ia kembali?”

 

Yura sedikit terkejut karena Hongbin tiba-tiba bertanya tentang Minah. “Aku tidak tahu. Mungkin Minah merindukanku.” Yura mencoba untuk membawa suasana tetap hangat, takut jika Hongbin merasa aneh nantinya. “Adikmu… tidak setiap saatnya seperti itu, ‘kan?” Gadisnya menggeleng dan tersenyum tanpa melihatnya. Hongbin merasa bersalah karena bertanya akan hal tadi, Tapi ia hanya ingin memastikan bahwa hal negatif yang ia pikirkan tentang Minah adalah salah.

 

Malam akan muncul 2 jam lagi, Hongbin memutuskan untuk mengunjungi rumah Yura sampai langit gelap tiba. Yura sudah terbiasa membawa Hongbin menuju ruang santai mereka. Disana, Hongbin menemukan Minah yang selalu melakukan kegiatan yang sama, Menggambar dengan Note bersampul warna kuning itu.

 

“Hai” Senyum kecil Hongbin tak dibalas oleh Minah yang kembali menggambar. Hongbin mengalah, menghampiri gadis yang masih sangat ia inginkan agar bisa berkomunikasi.

 

“Apa yang kau gambar?”

 

“Istana manusia kaca”

 

“Benarkah? Seperti apa?”

 

Hongbin mengambil Note itu lalu tertawa kecil. Istana yang berbentuk rumah, itu yang terbayangkan olehnya ketika melihat gambar Minah. Minah memandanginya aneh karena Hongbin tertawa sendirian.

 

“Kau seharusnya memberi ini…” Hongbin mengambil pensil yang Minah pegang. Lalu menggambar sesuatu yang memunculkan senyum kecil Minah. Gadis itu nampak menyukai gambar yang diberikan Hongbin walaupun hanya berupa awan.

 

“Lalu ini apa?” Gadis itu bertanya menunjuk awan yang digambar Hongbin. “Ini musuh. Cepat kau buat manusia kaca itu masuk ke dalam istana agar tidak mengenai musuhnya.”

 

Hongbin dan Minah saling bercerita dan menggambar bersama. Minah mulai menerima keberadaan Hongbin di dekatnya. Ternyata pikiran negatif bahwa Minah hanya bisa mengganggu adalah salah.

 

Ia tak terlalu buruk. Bahkan Hongbin sering tertawa karena tingkah bodohnya juga.

 

Seminggu berlalu, selama seminggu itu Hongbin selalu datang ke rumah Yura tanpa absen. Alasannya sudah pasti belajar. Tapi sebelum melakukannya, ia lebih sering menemani Minah menggambar. Yura merasa aneh setiap kali Hongbin mengajaknya pulang bersama, karena ia sudah mengetahui jawabannya. Tentu saja Yura merasa cemburu karena perhatian Hongbin yang berlebih pada Minah. Tapi ia tahu, adiknya tidak mungkin menyukai Hongbin. Ia bahkan tak mengerti dengan keberadaan Hongbin disisinya. Selain hanya teman menggambar dirumah.

 

.
.
.

 

Hongbin mengajak Yura untuk pergi ke taman hari ini. Namun karena Shin ahjumma tidak sedang dirumah, ia akhirnya mengajak Minah. Hongbin awalnya sedikit kecewa, sudah lama ia tidak bepergian hanya berdua saja. Tapi Yura meyakinkan karena bahkan Hongbin sering bersenang-senang dengan adiknya.

 

Eonni, Where will we go?” Minah bertanya sambil menggambar. Baru saja Yura ingin menjawab, Hongbin mengelak terlebih dahulu. “Ice cream”

 

Minah terlonjak senang mendengar hal itu. Ia sangat menyukai eskrim. Hingga mereka sampai di sebuah kedai eskrim. Minah langsung saja keluar dari mobil tanpa perintah. Lalu terlihat kagum seperti melihat surga disana. Mereka duduk di dekat jendela. Mengobrol banyak hal, terlebih banyak tentu pada gambar Minah.

 

Kali ini, gadis itu kembali menggambar tentunya berbeda dengan apa yang ia ucapkan seperti biasa. Memberi kebahagiaan tersendiri untuk Yura dan Hongbin. Kemudian Yura meninggalkan kekasihnya dan Minah pergi ke toilet. Minah memakan eskrimnya dengan perasaan bahagia, sambil sesekali menggambar.

 

“Apa yang kau gambar?”

 

“Aku ingin musuh ini hancur” balas gadis itu sambil mengetuk-ngetuk gambar awan yang waktu itu Hongbin buat. Hongbin tertawa dan kemudian menghapus gambar awan miliknya. “Sudah, ‘kan?”

 

Minah tersenyum senang melihat setelahnya. Hongbin menyukai senyum gadis itu, terkesan manis seperti eskrim yang ia makan saat ini. “Minah..” gadis itu hanya menatap ketika Hongbin memanggilnya.

 

“Kau pernah menyukai seseorang?” Minah terlihat berpikir sebentar.

 

“Tidak. Tidak tahu”

 

Sedikit merasa bodoh bertanya demikian. Karena tidak mungkin Minah mengerti hal itu. “Kau menyukaiku?” Hongbin terkejut melihat death glare dari gadis dihadapannya setelah bertanya demikian. “Apa kau sama seperti eskrim?” Hongbin mengangguk tanpa mengerti maksud Minah.

 

“Aku menyukai Lee Hongbin!”

 

.
.
.

 

“Hongbin-a!”

 

Hongbin yang sedang membaca menengok ke arah suara itu. Yura memanggilnya dari luar kelas lalu duduk di bangku, di depan meja Hongbin.

 

“Kau sudah makan?” Hongbin mengangguk. “Bagaimana denganmu?” Yura juga hanya mengangguk. “3 hari besok, aku tidak bisa menemanimu berangkat sekolah. Aku harus menemani Minah ke rumah sakit.”

 

“Ada apa dengan Minah?” Hongbin sedikit membenarkan posisi duduknya, ia mencoba menyembunyikan rasa kagetnya agar Yura tidak merasa curiga.

 

“Tidak. Hanya perlu pemeriksaan kondisinya. Sudah lama ia tidak terapi”

 

“Aku ikut”

 

“Tidak perlu. Ayah sedang cuti beberapa hari ini. Kau butuh istirahat untuk lomba sains beberapa hari lagi bukan?” Hongbin mengangguk pasrah. “Kau jaga dirimu ya. Maaf aku tidak bisa menemanimu belajar. Aku akan membuat sarapan spesial setelah kembali ke sekolah. Annyeong!”

 

Yura pergi meninggalkan Hongbin untuk kembali ke kelasnya. Hongbin menghela nafas kecil. Yura memang gadis baik. Terbesit rasa bersalah bersalah karena ia juga menyukai adik kekasihnya.

 

.
.
.

 

Setelah melakukan terapi, Yura dan Minah berbicara karena Ayah mereka sedang ke ruangan dokter yang menangani Minah. “Minah, boleh aku bertanya?”

 

Gadis itu menatap kakaknya dengan wajah datar setelah menggambar. “Kau menyukai Lee Hongbin?”

 

“Iya!” Yura terkejut bukan hanya karena berkata dengan suara lantang. Apa benar adiknya sudah mengerti akan hal tersebut?

 

“Kenapa kau menyukainya?”

 

“Lee Hongbin bilang, ia sama seperti eskrim. Aku menyukainya!”

 

Ada perasaan aneh dalam dirinya. Jika ia berpikiran negatif, Adiknya tentu tidak mengerti tentang hal ini. Jika ia berpikiran positif, Minah mengatakan bahwa Hongbin yang menyebutnya eskrim.

 

Apa itu tanda agar Minah menyukainya?

 

.
.
.

 

Setelah membujuk Yura berkali-kali, akhirnya Hongbin mendapat alamat rumah sakit tempat Minah dirawat. Gadis itu harus beristirahat sejak terapi yang ia jalankan. Dan ayahnya mengatakan lebih baik istirahat di rumah sakit. Hongbin menemukan ruangan yang cari di bagian informasi. Mencoba mengetuk pintu, namun tak ada jawaban. Tapi bukankah bagian informasi memberikan nomor ruangan Minah? Menandakan gadis itu belum keluar dari sini. Ia mencoba mengetuknya lagi. Barulah seseorang membuka pintu kamar itu. Ternyata suster.

 

“Ada yang bisa saya bantu?”

 

“Apa benar, ini kamar Minah?”

 

“Iya, benar. Nona Minah sedang ditaman bersama seorang suster.”

 

Mendengar jawaban tadi, Hongbin segera mencari Minah di Taman. Memang sedang beruntung, tak perlu waktu lama untuknya menemukan Minah. Hongbin kemudian menyuruh suster yang berdiri di belakang Minah untuk segera kembali, meninggalkan Hongbin hanya berdua dengan Minah.

 

“Apa yang kau gambar?”

 

“Pesawat” Tanpa menengok pun, Minah sudah mengetahui jika itu suara milik Hongbin. Laki-laki itu segera mengambil tempat duduk kosong disamping Minah. “Kenapa kau menggambar itu?”

 

“Aku menemukan penyelamat jika musuh itu kembali lagi”

 

Tidak aneh bagi Hongbin mendengarnya. Karena sedikit ada hubungan pada gambar awan yang ia gambar. Beberapa waktu Hongbin tak menemui Minah, perubahannya cukup besar ia rasa. Ia tersenyum membayangkan hal itu.

 

“Mau biskuit?”

 

Minah memandang Hongbin di sampingnya dan mengangguk senang. Gadis itu melahapnya dengan gembira hingga Hongbin terkekeh kecil melihatnya. “Kau suka?”

 

Minah mengangguk sambil menatapnya lagi. Perlahan, Hongbin mendekati wajahnya dan mencium sudut bibir Minah yang terdapat serpihan kue. Walaupun Minah hanya memandangnya datar. Hongbin bahkan tidak peduli dengan orang-orang sekitar yang mungkin saja melihatnya.

 

“Hongbin-a…”

 

“Kau memanggilku?”
Hongbin mengira Minah memanggilnya karena membuka mulutnya. Namun Minah menggeleng membuat Hongbin mengernyit heran. Kemudian gadis itu menunjuk ke arah belakang Hongbin yang terdapat Yura sedang berdiri disana.

 

“Ternyata yang aku pikirkan selama ini benar?” Suara Yura terdengar pelan. Hongbin bangkit dari duduknya dan menghampiri Yura. Mencoba menggenggam tangan kekasihnya namun itu tak lama.

“Tunggu! Kau salah paham”

 

“Bagaimana disebut salah paham jika aku melihat dengan mata kepalaku sendiri?”

 

Barulah kali ini orang-orang sekitar memperhatikan mereka, karena Yura membentak Hongbin cukup keras. Minah yang baru pertama kali melihat kakaknya membentak seseorang juga ikut ketakutan.

 

“Terima kasih telah menjenguk Minah” Yura segera membawa Minah kembali kedalam rumah sakit. “Tidak! Tunggu! Yura… Yura dengarkan aku…”

 

Hongbin menggenggam tangan Yura, gadis itu kembali menolaknya kasar.

 

“Apa yang mau kau katakan lagi?” Masih dengan bentakan yang tak pernah Hongbin dan Minah dengar. “Adikmu hanya makan dengan tidak baik” Hongbin membela diri dengan suara gemetar. “Memangnya kau tidak bisa membersihkannya dengan tanganmu?”

 

Hongbin diam. Sesekali memperhatikan Minah yang berdiri dibelakang Yura. Ia nampak ketakutan melihat kakaknya seperti ini. Hongbin berusaha menenangkankan Yura, namun percuma saja.

 

Eonni…” panggil Minah ragu.

 

“Kau diam! Bukankah sudah ku ajarkan padamu agar makan dengan baik!”

 

Kali ini Yura membentak Minah, meluapkan rasa sakit dikepalanya. Hingga tak sadar bahwa Minah sudah menitihkan air matanya. Membuat Hongbin tidak bisa begitu saja terdiam.

 

“Jangan kau salahkan adikmu!”

 

“Kenapa kau membelanya? Karena kau menyukainya?”

 

Pertengkaran itu semakin panjang di lorong rumah sakit yang cukup sepi. Minah semakin takut pada kakaknya yang menyeramkan untuknya saat ini. Ia segera berlari pergi menuju kamarnya yang sudah tak jauh dari sana. Meninggalkan Hongbin dan Yura yang terpaku di tempat mereka. Namun akhirnya mereka berdua berlari menghampiri Minah.

 

Yura ingin membuka pintu kamar Minah, tapi adiknya mengunci dari dalam. Terkejut karena Minah sudah mengerti tentang hal mengunci pintu.

 

“Minah… Buka pintunya! Aku mohon” Yura menggedor-gedor pintu kamar Minah. Namun Minah masih tetap menangis di kasurnya tanpa memperdulikan sang kakak. “Minah…”

 

Hongbin ingin sekali menyalahkan Yura karena emosinya, tapi ia tidak mungkin. Ia sangat bodoh jika melakukannya. Ia pun mencoba mengetuk pintu kamar Minah, namun tetap tak ada jawaban. Memanggil nama gadis itu hanya sia-sia. Hingga beberapa menit lamanya, “Kita dobrak saja” Hongbin membuka mulut setelah meyakinkan diri.

 

Brak!

 

Hongbin berhasil membuka pintu dengan sekali dorongan. Ternyata, dorongan itu justru membuat Minah terkejut dan segera menyembunyikan pisau yang ia pegang. Yura melihat itu, ketika ia ingin melangkah dekat, Minah justru melangkah mundur, tak ingin Yura mendekatinya.

 

“Jangan mendekat…” Masih dengan suara paraunya setelah menangis keras. “Minah…” Yura merasa sakit yang menusuk di jantungnya. Baru kali ini Minah menjauhinya.

 

“Jangan mendekat!” Bahkan Minah berani membentaknya.

 

“Minah, ini kakak…” Kali ini suara Yura terdengar seperti menangis. Tetap saja, Minah terus melangkah mundur sementara Yura mendekatinya.

 

Hingga moncong tajam itu tak lagi bisa bergerak bebas. Ujung tajam pisau itu di belakang tubuhnya. Namun Minah tidak sadar jika, pisau itu sudah mencapai tembok. Jika ia mundur satu langkah saja, bibir pisau itu akan mengenainya. Namun….

 

Yura tetap melangkah maju. Membuat Minah melangkah mundur.

 

Minah terjatuh setelah langkah terakhir itu. Yura dan Hongbin segera berlari mendekatinya. Tangisan Yura pecah saat itu juga melihat adiknya tergeletak tak sadarkan diri dengan pisau masih menancap di punggungnya. Hongbin segera memanggil dokter, Minah segera diperiksa di ruang gawat darurat.

 

Yura menangis keras di pelukan Hongbin selama menunggu Minah. Ia sudah menghubungi kedua orang tuanya, tapi mungkin tak akan datang malam itu juga karena mereka diluar kota. Hongbin berusaha keras menenangkan Yura yang terus menyalahkan dirinya. Hingga seorang dokter keluar dari ruang itu.

 

“Bagaimana, dok? Minah baik-baik saja? Dia hanya luka kecil, ‘kan? Aku mohon beritahu aku”

 

“Pisau yang tajam itu tepat mengenai ginjal sebelah kanan milik Minah. Harus ada pengganti ginjalnya jika tak ingin adik anda mengalami kecacatan”

 

Hongbin terkaget mendengar tuturan dokter itu. Ia memandangi Yura yang masih menangis. “Ganti saja dengan ginjalku” Hongbin semakin terkejut bahkan terlonjak mendengar Yura mengatakannya. Ia tak percaya jika Yura akan melakukan hal itu.

 

Tapi, Tak ada yang bisa menghentikan Yura untuk saat ini.

 

Setelah melakukan pemeriksaan, Yura kembali menangis karena ginjalnya tak cocok dengan milik Minah. Hongbin pun memberanikan diri untuk menawarkan ginjalnya. Awalnya, Yura melarang keras.

“Tidak ada salahnya jika aku mencoba”

 

.
.
.

 

Siang yang tidak terlalu terik, membuat air mata seorang gadis tak ragu untuk menampakkan diri pada pipinya. Meratapi sosok yang ia rindukan, harus pergi demi menyelamatkan adiknya.

 

 

“Hongbin-a…”

 

“Terima kasih… dan… Maaf”

 

Air matanya semakin deras ketika ia terisak. Hingga ia merasakan pelukan hangat dari seseorang di belakangnya.

 

Eonni… Kenapa menangis?” Yura segera menghapus air matanya ketika Minah duduk disampingnya. “Tidak. Mataku kemasukan debu” Yura memberikan senyum yang dibuat-buat. Minah segera meniup mata Yura seolah apa yang kakaknya katakan adalah benar.

 

Eonni…”

 

“Iya?”

 

“Kemana Hongbin oppa? Kenapa ia tidak juga mengunjungiku?” Yura menahan isakan kerasnya pertanyaan Minah. “Aku harus memberitahukannya bahwa manusia kaca sudah berhasil mengalahkan musuhnya”

 

Yura tersenyum lalu mencium puncak kepala adiknya. Ia kembali menangis, mengingat hanya percuma jika ia memberitahukan kepada Minah bahwa Hongbin telah pergi. Memberikan ginjalnya, bahkan nyawanya, demi menyelamatkan Minah.

 

END

Special Thanks for Maria Trisna with Etik Amiday, haaa you guys make me go crazy requested 3 casts that I workedhard cause I’m not used to! But these fict I presented for ya.
Thanks a lot Pinkeucho for awesome poster!

Maaf kalo kurang bagus, aku gak terbiasa bikin cast 3 orang :””
So, Please RCL! Gomawo~ With Love, Bean’s

 

5 tanggapan untuk “SATL”

  1. huaa! eonnie sedih banget sih fanficnya 😥 untungnya Yura baik banget mau ngasih ginjalnya buat adiknya. Minah juga salah sih pake ngacungin pisau segala. dia juga kan yang kena -_-
    CIUSS ITU ADA HONGBIN??? AAHHH HONGBIN ITU BIAS AKU DI VIXX!!! ASDEFGJFGCIOH! /slapped/
    bahasanya indah,feelnya juga dapet^^ dua jempol buat devhy eonnie 🙂 jangan bosen ya kalo aku lagi yang komen XD

    1. Huaaa terima kasih!!!!♥♥♥
      Tapi akhirnya Hongbin yang mau ginjalnya. Dia terlanjur sayang sama minah hahahaha. Minah pikir dia gak guna lagi soalnya kan dia ya gitu sesuai dengan summary XD

      AAAAAAAA YAAAAAA DIA NGEREBUT HATI AKU JUGA GARA2 DIMPLENYA ASDFGHJKLMSBEOD!!!

      Terima kasih banyak Fia.. justru aku nungguin komen kamu. Tunggu aku RCL yours ;))

      1. Oke deh..aku juga lagi bikin fanfic mau dipost nih^^ eonn nanti review ya 🙂

Tinggalkan komentar